Sabtu, 20 Juni 2009 Diposting oleh RzBzR   5 komentar:

Oleh: Jet Li

Alih bahasa: Reza dan Arief


Akhir-akhir ini, Saya diminta memberikan penjelasan tentang perbedaan antara kompetisi dan atlet wushu dari generasi saya dibandingkan dengan wushu pada situasi sekarang di Cina.

Wushu bekerja dengan aturan berbeda dari sebelumnya. Di tahun 1970-an dan awal 1980-an, kompetisi wushu hanya ada di Cina, dan dengan demikian bentuk dinilai oleh satu set peraturan -- satu set standar. Kemudian pemerintah menginginkan untuk membawa wushu ke negara lain; mereka merumuskan satu set peraturan internasional untuk kompetisi internasional. Peraturan ini merupakan, saya pikir, sedikit lebih mudah dari peraturan di Cina -- atau harus saya bilang, disederhanakan. Saya dengar sekarang orang berkompetisi dalam tiga kategori utama: Changquan, Nanquan, Taijiquan. Sistem yang ada sekarang tidak serumit seperti biasanya di masa lalu, ketika semua orang berkompetisi golok, tombak, pedang, gada, dan tangan kosong. Kenapa, pada masa lalu, kami harus mempelajari semua delapan belas bentuk senjata*, gaya internal, gaya eksternal, semuanya. Itu semua kurikulum kami. Sekarang, jika kamu akan bertanding dalam olimpiade, kamu hanya harus mempelajari bentuk wajib, dan hanya itu.

Saya tidak hendak mengatakan sistem yang satu lebih baik atau lebih buruk. Saya hanya ingin mengatakan kepada anda bahwa kualitas fisik para atlet telah berkembang - dan berlanjut terus-menerus. Kenapa sebuiah rekor dunia dapat tercipta setiap tahun? Karena latihan telah menjadi lebih ilmiah. Atlet mempunyai akses untuk mendapatkan nutrisi lebih baik, vitamin, dokter, psikolog olahraga, dsb. Faktor-faktor ini telah membantu mengembangkan potensi dalam diri manusia melalui media dalam olah raga.

Bagaimanapun, Saya percaya bahwa jauh didalamnya, wushu menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Saya berbicara tentang pengetahuan/kebijaksanaan dalam wushu, bagian yang tidak termasuk dalam tubuh fisik. Pengolahan jiwa merupakan bagian terpenting, dan saat ini jelas sekali telah banyak berkurang. Hal ini mungkin karena peraturan yang ada. Juri-juri yang berpegang kepada peraturan baru akan lebih memilih sebuah tipe penampilan tertentu dan memberikan nilai lebih tinggi. Hasilnya, para atlet mulai berlatih dengan peraturan-peraturan tersebut, dan siapa yang bisa menyalahkan mereka? Baik penampilan eksternal dan internal dari keahlian adalah penting, tetapi peraturan saat ini tidak mencakup hal yang terakhir (internal). Hal yang paling menarik dari seni bela diri bukanlah tentang olah raga itu sendiri, dan juga bukan tentang kecepatan. Apa yang praktisi wushu perlu lakukan adalah untuk berkonsentrasi lebih pada aspek internal. Mereka tidak perlu tergesa-gesa agar bisa mengeluarkan seluruh energi bersama dengan pikiran mereka untuk dapat menyelesaikan setiap gerakan. Saat ini, kecepatan makin cepat dan lompatan makin tinggi...dan akhirnya, detil di antara keduanya menjadi tidak sempurna sama sekali. Tahun lalu, saya menyaksikan tim wushu Beijing ketika mereka datang ke amerika untuk melakukan penampilan. Mereka mempunyai masalah yang sama. Saya percaya peraturanlah yang membatasi mereka.

Tidak ada lagi "rasa" individu. Dahulu, ketika kita menyaksikan orang mempraktekan pedang, kau dapat memastikan sepuluh orang atlet kelas tinggi dapat menampilkan sepuluh rasa yang berbeda. Bahkan sebuah gerakan sederhana dari "menghunus" pedang -- setiap orang akan melakukan gerakan tersebut dengan ritme mereka masing-msing -- semua benar secara teknik dan semua beda.

Itulah rasa! sangat maknyuss!

Sekarang: whrrr whrrr whrrr -- para atlet terlihat seperti mesin. mereka bergerak sangat cepat, saya hampir tidak dapat melihat apa yang mereka lakukan. Dan tidak ada rasa. wushu bukanlah balapan. Ini tidak semestinya seperti olahraga lain, di mana atlet yang tercepat akan menang. Secara pribadi, saya suka melihat gaya dan rasa yang berbeda. Saya suka ketika seni bela diri masih sebuah seni -- ketika atlet adalah seniman yang mengembangkan dan menunjukkan gaya khas mereka masing-masing. Seni beladiri adalah selalu tentang keragaman dan perbedaan: gaya yang berbeda, budaya yang berbeda, negara yang berbeda. Dengan begitu biasanya kamu bisa menebak tempat lahir seseorang dengan hanya melihat cara mereka mempraktekan wushu: "Oh, orang ini dari setu babakan" atau "lihat, dia pasti dari condet." Kita dapat berkata demikian karena kita telah kenal gaya-gaya tersebut. Sekarang, semuanya telah bercampur; menjadi homogen. Selalu, sampai saat ini yin dan yang dalam seni beladiri. Setengah dan setengah -- Sesuatu baik, sesuatu tidak terlalu baik. Di sana masih terdapat area untuk dikembangkan.

*The Eighteen-Arms consist of: sabre, spear, sword, halberd, axe, battle axe, hook, fork, whip, mace, hammer, talon, trident-halberd, cudgel, long-handled spear, short cudgel, stick, and meteor hammer. Selengkapnya...

Diposting oleh wushu gerak naga   1 comment

Sewaktu saya menonton film IP MAN, saya sangat senang sekali dengan karakteristik sang legenda itu. Dia mempunyai bela diri yang hebat tetapi tak pernah menonjolkan kepada orang lain dan saat dia bertarung, kalo bisa jangan sampai orang lain tahu bahwa musuhnya itu kalah. Dia sangat rendah hati sekali dan dia tidak suka memamerkan kehebatan beliau. mungkin di dunia ini masih belum banyak orang seperti itu yang low profile. Dia juga tidak suka dengan para penjajah yg selalu menindas kaum-kaum yang lemah akan tetapi kaum yang lemah itu dapat menjadi kuat jika ada kemauan untuk saling bergabung menjadi satu tujuan.
So, untuk itu saya mengambil pelajaran dari film itu untuk tidak menyukai bangsa penjajah dan selalu berendah hati untuk di semua bidang. Juga selalu setia dan sayang sama keluarga kita dan melindungi mereka dalam keadaan apapun. Jangan pernah menjadi penjilat dan pengkhianat negara kita sendiri dan usahakan memajukan nama bangsa sendiri, juga membeli produk dalam negeri (Tolak produk Yahudi...)....

Created by Rungga
Selengkapnya...

 
Blogger Template By Lawnydesignz